Burung murai batu saat ini menjadi salah satu
jenis burung kicau termahal di Indonesia. Murai batu menjadi primadona para
pecinta burung kicau. Selain fisiknya yang menawan, murai batu mengeluarkan
suara yang merdu. Dari berbagai kontes burung, kontes murailah yang paling
bergengsi. Biasanya yang memiliki murai batu adalah dari kalangan atas.
Burung Murai atau
kucica hutan bernama latin Copychus malabaricus. Di Indonesia jenisnya sangat
beragam sesuai dengan habitat aslinya. Ciri-ciri fisik dan kicauannya pun
berbeda-beda. Karena banyaknya peminat murai, burung ini termasuk salah satu
dari hewan yang terancam punah. Berikut jenis Murai Batu berdasarkan habitat di
daerah asalnya:
1. Murai Batu Aceh. Populasi
burung ini di daerah asalnya sana sudah mulai sulit ditemukan atau langka,
sehingga usaha penangkaran Murai Aceh sudah sangat perlu untuk digalakkan.
Membedakan Murai Aceh dengan Murai Medan bisa dikatakan hampir sangat sulit.
Ekor murai Aceh sedikit lebih pendek dari Murai Medan +/- 27cm. Namun burung
berekor panjang ini memiliki ekor yang lebih cantik daripada jenis murai
lainnya.
2. Murai Batu Medan. Murai
ini memilik ciri paling khas dengan ekor yang panjang melengkung ke bawah
kurang lebih 30 cm. Bagi murai batu jantan warna merah bata dan hitam begitu
kontras dan jelas, selain itu juga terdapat kombinasi bulu warna putih pada
ekor dan sayapnya yang membuat penampilan Murai Batu Medan semakin matching.
Variasi kicauan indah & banyak, daya tempur dahsyat, mental baja dengan
volume dan variasi suara di atas rata-rata. Murai Batu Medan merupakan jenis
yang paling digemari pecinta burung karena dari segi fisik, penampilan, warna
dan gaya bertarung, burung murai batu Medan lebih baik dari yang lain.
3. Murai Batu Nias. Ciri
yang utama adalah pada bagian ekornya yang hitam semua. Volume suara sangat
keras, memiliki kemampuan adaptasi sangat tinggi, sehingga burung ini lebih
cepat jinak dan tidak mudah stress meskipun berulang kali pindah tangan atau
pindah tempat. Namun karena warna bulunya hanya Hitam, banyak pecinta burung
yang kurang suka, padahal kicauan murai nias tidak kalah dengan murai medan
maupun murai aceh, bahkan Murai Nias memiliki kemampuan merekam suara lebih
cepat dibandingkan burung murai lainnya.
4. Murai Batu Mentawai.
Burung murai batu Mentawai termasuk salah satu burung yang dilindungi di
Sumatera Barat. Oleh karena itu tidak boleh diperjual belikan. memiliki
ciri hampir mirip dengan murai Batu Nias.
5. Murai Batu Lampung.
Mempunyai ekor lebih pendek daripada murai Medan dan Aceh sekitar 12 - 18 cm.
Tubuh, leher, kepala burung murai lampung tampak lebih besar daripada burung
murai medan. Mempunyai daya tempur yang bagus. Jika perawatannya benar
mentalnya bisa sangat bagus. Variasi suara dasar cenderung ngeban
(mengulang-ulang suara yang sama), perlu pemasteran yang baik untuk menutupi
kelemahannya. Kelebihan yang menonjol saat bertanding, mempunyai stamina yang
baik.
6. Murai Batu Jawa (Larwo). Keberadaan
murai batu Jawa atau Larwo tinggal kenangan, saat ini populasi burung Larwo
dipastikan telah langka, jadi jangan harap bisa menemukan burung ini di
pasaran. Karena popularitas burung Larwo kalah tenar dibandingkan Murai Batu
Medan maka burung Larwo sangat jarang ada yang mau menangkarkannya.
7. Murai Batu Borneo (Kalimantan). Panjang
ekor 8 - 13 cm. Ciri khasnya saat bertarung dengan murai lain dadanya
membusung/menggelembung. Mempunyai sifat yang lebih agresif dan terkesan
ngotot. Kicauannya cenderung "ngeban" ( mengulang) dan suaranya agak
"mendem". Di lapangan kontes, kelas tersendiri tidak menyatu dengan
Murai batu Sumatera.
8. Murai Blorok.
Ini adalah species baru hasil breeding burung murai batu, beberapa peternak
enggan menjual burung ini bersamaan burung kicau lainnya karena mengangagap
murai blorok sebagai burung yang langka sehingga harga bahannya saja sudah
sangat mahal.
b Bisa dilihat pada video :Kicau Murai Batu Medan