Nama : Endra Saputra
No Bp : 121100344
STMIK INDONESIA
Padang, SUMBAR, INDONESI
dan Apakah orang-orang yang kafir
tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu
yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan
segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga
beriman?(QS.Al-Anbiyaa’:30)
Pada hampir 14 abad lalu, ayat di atas
menjadi satu di antara firman-firman Allah yang turun kepada Rasulullah saw
dengan muatan sains. Ayat tersebut menjelaskan tentang asal-muasal langit dan
bumi, yang mulanya satu dan kemudian dipisahkan.
Menemukan jawaban tentang proses
terciptanya alam semesta menjadi dahaga tersendiri bagi para ilmuan. Karena
itu, mereka sejak ribuan tahun lalu berusaha meneliti antariksa. Ditambah,
astronomi memang telah menjadi salah satu kebutuhan manusia sejak lama,
terutama dalam hal navigasi serta penentuan dan pembagian waktu. Terlebih bagi
Muslim, astronomi berfungsi lebih jauh untuk menentukan arah Ka’bah dan juga
lima waktu shalat.
Teori Big
Bang atau Letupan Besar yang dikemukakan pada abad 20 menjadi bukti
sekaligus penegas kebenaran ayat Alquran di atas. Ayat tersebut menjelaskan
proses awal penciptaan alam semesta sejak 14 abad lalu, ketika teknologi belum
menunjang penelitian astronomi dan bahwa sang penerima wahyu, Rasulullah saw,
bahkan tak mengenal baca-tulis.
Teori tersebut menjelaskan, semesta
bermula dari sebuah benda seukuran bola tenis pada masa 0 detik atau sebelum
semuanya ada. Materi tersebut sangat padat dengan kepadatan tak terkira dan
suhu yang luar biasa. Ia meledak, dan pada detik pertama menghasilkan partikel
dan energi eksotis. Lalu, tiga menit pertama, tercipta hydrogen (unsur
pembentuk air) dan helium.
Proses tersebut berlangsung sampai
dengan enam tahap hingga tercipta alam semesta seperti sekarang. Teori abad 20
tersebut sekaligus menjelaskan apa yang telah dipaparkan Alquran dalam surah
Yunus ayat 3,
3. Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang
menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas
'Arsy untuk mengatur segala urusan. tiada seorangpun yang akan memberi syafa'at
kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian Itulah Allah, Tuhan kamu,
Maka sembahlah Dia. Maka Apakah kamu tidak mengambil pelajaran?
Sebagai benda langit yang tidak muncul secara
tiba-tiba, bintang seperti matahari tidak bertahan selamanya. Setelah lahir dan
berevolusi, ia akan mati. Situs hubblesite.org (versi online dari “Hubble Space
Telescope: New Views of The Universe”) menjelaskan, setelah bintang kehabisan
semua bahan nuklirnya, ia akan mati. Fenomena Cat’s Eye Nebula yang berhasil
didokumentasikan menggunakan kamera teleskop Hubble menunjukkan detik-detik
kematian sebuah bintang yang dikenal sebagai Planet Nebula.
Planet Nebula bukanlah planet seperti namanya. Ia
adalah sebuah bintang sebagaimana matahari yang berada sekitar 3.000 tahun
cahaya dari bumi, dan diperkirakan telah berumur 1.000 tahun lebih (dinamai
“planet” sekitar seabad lalu karena terlihat seperti planet melalui teleskop
kecil kala itu). Ledakan bintang yang berada di bagian utara konstelasi Draco ini
menghasilkan ledakan menyerupai mawar berwarna merah.
Fenomena tersebut sekali lagi menjelaskan satu
firman Allah yang lain.
Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi
merah mawar seperti (kilapan) minyak. (QS. Ar-Rahman: 37).
Karena
itu, Cat’s Eye Nebula disebut pula Oily Red
Rose Nebula yang berarti “nebula mawar merah yang berminyak”.
Dunia mengenal astronom-astronom hebat
periode kuno seperti Thales (Yunani, 624-547 SM), Anaximander (Yunani, 611-547
SM), Pythagoras (569-475 SM), Aristotle (Yunani, 384-322 SM), Aristarchus
(Yunani, 310-230 SM), dan Hipparchus (Yunani, 190-120 SM).
Meneruskan prestasi mereka, pada era berikutnya
muncul nama-nama besar lainnya seperti Claudius Ptolemy (Yunani, 85-165 M),
Nicolaus Copernicus (Polandia, 1473-1543 M), Tyco Brahe (Denmark, 1546-1601 M),
Galileo Galilei (Italia, 1564-1642 M), johannes Kepler (Jerman, 1571-1630 M),
Giovanni Cassini (Italia, 1625-1712 M), atau Isaac Newton (Inggris, 1643-1727).
Selain mereka, ilmuan dan astronom Muslim tak
ketinggalan ikut mencatatkan nama mereka dalam sejarah dan perkembangan
astronomi. Peran dan sumbangan pemikiran mereka ikut mewarnai perkembangan ilmu
astronomi.
Sebut saja Ahmad ibn Muhammad ibn Katsir
al-Faraghani (Persia, mencapai puncak prestasinya pada 683 M), Abu Abdallah
Muhammad Ibn Jabir Ibn Sinan al-Battani (Iran, sekitar 850-923/9 M), Abd
al-Rahman al-Sufi (Persia, 903-986 M), Abul Wafaa Al-Bozgani (Iran, 940-998 M),
Abu Ishak Al-Nakkash Al-Zirikli, Abul Yosr Bahaa' ad-Din Al-Kharki (950-1029),
al-Badie' al-Astralbi (1139 M), Ibnu al-Shater (1306-1375 M), Olgh Bek,
Al-Syams Rudani El-Din Al Fasi, al-Khawarzimi (Baghdad, 780-850), al Zarquli
(wafat 1087), Omar al Khayyami (1048-1126), dan Shihab al Ahmed bin Majid al
Najdi (c.1500).
Dalam Historical Encyclopedia of Natural and
Matematical Sciences Volume 1 karya Ari Ben-Menahem (2009), disebutkan
pula sejumlah nama lain. Seperti, Abu Mahsar (805-929 M), Yaqub ibn Ishaq
al-Kindi (815-873 M), Al-Sabi’ Tsabit ibn Qurra al-Harrani (Irak, 836-901 M),
Ibn Yunus (Mesir, 940-1009), Ibn al-Haitam (Basra dan Mesir, 965-1039), Abu
Rayhan al-Biruni (Persia, 973-1048), Ibn al-Banna al-Marakushi (Maroko,
1190-1265), Qutb al-Din al-Shirazi (Persia, 1236-1311), dan Jamshid al-Kashi
(Iran, 1360-1436).
Selain dikenal sebagai astronom, mereka adalah
matematikawan, filosofer, penulis, kaligrafer, dokter, atau juga musisi.
Beberapa diantara karya mereka bahkan pernah menjadi rujukan utama astronomi
dunia.
“Hai
jama`ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit
dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan
kekuatan. (QS. Arrahman / 55 : 33).
Ayat ini menyeru jin dan manusia
jika mereka sanggup menembus, melintasi penjuru langit dan bumi karena takut
akan siksaan dan hukuman Allah, mereka boleh mencoba melakukannya, mereka tidak
akan dapat berbuat demikian. Demikian mereka tidak mempunyai kekuatan sedikit
pun dalam menghadapi kekuatan Allah Subhanahu wa Taala.
Menurut sebagian ahli tafsir,
pengertian -Sultan- pada ayat ini adalah ilmu pengetahuan. Hal ini
menunjukkan bahwa dengan ilmu pengetahuan / teknologi manusia dapat menembus
ruang angkasa.
Kandungan Surat Ar
Rahman ayat 33.
Ayat 33 dari surat Ar
Rahman ini memiliki dua pengertian yang nampaknya berbeda akan tetapi dapat
dipadukan, dua pengertian tersebut adalah :
1. Pengertian
berdimensi akhirat, yaitu penegasan
kepada jin dan manusia bahwa
pada hari pembalasan
nanti mereka tidak akan dapat lari dari pembalasan Allah
swt. sebab untuk lari
dan keluar dari penjuru langit dan bumi memerlukan kekuatan
dan kekuasaan.
Sementara itu kekuasaan Allah swt. meliputi semua penjuru langit
dan bumi, sedangkan
kondisi mereka pada saat itu tidak mempunyai daya dan
kekuatan. Maka dari
manakah mereka akan mendapatkan kekuasaan itu ?
2. Pengertian berdimensi dunia, bahwa manusia
dan jin ditantang oleh Allah swt.
untuk dapat menembus,
melintasi dan menjelajah daerah-daerah samawi (luar
angkasa) dan bumi.
Untuk diambil manfaatnya bagi hidup dan
kehidupan
manusia. Tantangan
Allah swt. tersebut
juga diikuti oleh
petunjuk dasar
melakukannya, yaitu
dengan “Sultan” yang berarti kekuatan dan kekuasaan, atau
dengan kata lain
kekuatan fisik serta penguasaan ilmu dan teknologi.
Dalam kaitan ini, perlu
mendapatkan perhatian khusus bahwa teks Al Qur’an tidak
hanya menyebutkan
penetrasi daerah-daerah samawi, akan tetapi juga penetrasi di
bumi, dalam arti masuk
dalam-dalam ke bumi.
Demikianlah salah
satu dari ayat
Al Qur’an, permasalahannya adalah
bukan
bagaimana umat Islam
atau non muslim mengakui kebenaran Al Qur’an semata, lebih
dari itu
adalah bagaimana intelektual
Islam dapat mengaktualisasikan dan
mengimplementasikan Al
Qur’an ke dalam maraknya kemajuan ilmu dan teknologi
masa kini.
SURAT AL MUKMINUN AYAT
12 - 14, TENTANG ASAL KEJADIAN MANUSIA
12. dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia
dari suatu saripati (berasal) dari tanah.
13. kemudian Kami
jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
14. kemudian air mani
itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.
Kandungan
Surat Al Mukminun ayat 12 - 14
Surat Al Mukminun ayat
12 - 14 ini merupakan sebagian dari ayat-ayat Al Qur’an
yang menjelaskan
soal-soal reproduksi manusia,
yang kesemuanya dapat
dikelompokkan menjadi:
1. Pembuahan (fecondation) yang terjadi karena
kadar yang sangat sedikit dari
cairan sperma.
2. Watak atau sifat dari zat cair (sperma) yang
membuahi.
3. Menetapnya telor yang sudah dibuahi.
4. Perkembangan embriyo dalam rahim.
Sedangkan dalam Surat
Al Mukiminun ayat 12 - 14 di atas menjelaskan :
1. Bahwa Allah menciptakan manusia berasal dari
saripati tanah, saripati tanah (zat
yang terkandung dalam
makanan yang bersifat hewani maupun nabati) inilah lalu
mengalami suatu proses
sehingga menjadi air mani (sperma dan ovum) atau
“NUTHFAH”, yang
kemudian dipancarkan ke suatu tempat yang kokoh, yaitu
rahim.
2. Pertemuan sperma dan ovum berproses menjadi
“Alaqah” yaitu sesuatu yang
melekat di dinding
rahim, yang kadang sering disebut dengan istilah segumpal
darah. Menurut
Dr. Maurice Bucaile,
seorang ahli bedah dari
Prancis ; kata
“Alaqah” lebih tepat
bila diartikan dengan “sesuatu yang melekat” sebab manusia
tidak pernah melewati
tahapan “gumpalan darah” wallahu a`lam.
3. Dari
“Alaqah” ini kemudian
berproses menjadi “Mudhgah” dengan
bentuk
menyerupai segumpal
daging yang dikunyah.
4. Dari Mudhgah lalu dijadikanlah tulang
belulang “Idlam” yang kemudian di bungkus
dengan daging dan otot
atau “lahmun”. Dan setelahnya dalam ayat lain disebutkan
kemudian ditiupkan roh
dan kemudian dijadikanlah pendengaran, pengelihatan
hati.
kemudian
Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia
menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit
sekali bersyukur(QS. As Sajdah: 9 )
5. Kemudian Allah swt. menjadikannya dalam
bentuk manusia.