Sunday, April 7, 2013





Nama : Endra Saputra
No Bp : 121100344
STMIK INDONESIA
Padang, SUMBAR,  INDONESI

 




dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?(QS.Al-Anbiyaa’:30)
Pada hampir 14 abad lalu, ayat di atas menjadi satu di antara firman-firman Allah yang turun kepada Rasulullah saw dengan muatan sains. Ayat tersebut menjelaskan tentang asal-muasal langit dan bumi, yang mulanya satu dan kemudian dipisahkan.
Menemukan jawaban tentang proses terciptanya alam semesta menjadi dahaga tersendiri bagi para ilmuan. Karena itu, mereka sejak ribuan tahun lalu berusaha meneliti antariksa. Ditambah, astronomi memang telah menjadi salah satu kebutuhan manusia sejak lama, terutama dalam hal navigasi serta penentuan dan pembagian waktu. Terlebih bagi Muslim, astronomi berfungsi lebih jauh untuk menentukan arah Ka’bah dan juga lima waktu shalat.
Teori Big Bang atau Letupan Besar yang dikemukakan pada abad 20 menjadi bukti sekaligus penegas kebenaran ayat Alquran di atas. Ayat tersebut menjelaskan proses awal penciptaan alam semesta sejak 14 abad lalu, ketika teknologi belum menunjang penelitian astronomi dan bahwa sang penerima wahyu, Rasulullah saw, bahkan tak mengenal baca-tulis.
Teori tersebut menjelaskan, semesta bermula dari sebuah benda seukuran bola tenis pada masa 0 detik atau sebelum semuanya ada. Materi tersebut sangat padat dengan kepadatan tak terkira dan suhu yang luar biasa. Ia meledak, dan pada detik pertama menghasilkan partikel dan energi eksotis. Lalu, tiga menit pertama, tercipta hydrogen (unsur pembentuk air) dan helium.
Proses tersebut berlangsung sampai dengan enam tahap hingga tercipta alam semesta seperti sekarang. Teori abad 20 tersebut sekaligus menjelaskan apa yang telah dipaparkan Alquran dalam surah Yunus ayat 3,

 

3. Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur segala urusan. tiada seorangpun yang akan memberi syafa'at kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian Itulah Allah, Tuhan kamu, Maka sembahlah Dia. Maka Apakah kamu tidak mengambil pelajaran?
Sebagai benda langit yang tidak muncul secara tiba-tiba, bintang seperti matahari tidak bertahan selamanya. Setelah lahir dan berevolusi, ia akan mati. Situs hubblesite.org (versi online dari “Hubble Space Telescope: New Views of The Universe”) menjelaskan, setelah bintang kehabisan semua bahan nuklirnya, ia akan mati. Fenomena Cat’s Eye Nebula yang berhasil didokumentasikan menggunakan kamera teleskop Hubble menunjukkan detik-detik kematian sebuah bintang yang dikenal sebagai Planet Nebula.
Planet Nebula bukanlah planet seperti namanya. Ia adalah sebuah bintang sebagaimana matahari yang berada sekitar 3.000 tahun cahaya dari bumi, dan diperkirakan telah berumur 1.000 tahun lebih (dinamai “planet” sekitar seabad lalu karena terlihat seperti planet melalui teleskop kecil kala itu). Ledakan bintang yang berada di bagian utara konstelasi Draco ini menghasilkan ledakan menyerupai mawar berwarna merah.
Fenomena tersebut sekali lagi menjelaskan satu firman Allah yang lain.
 


 Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi merah mawar seperti (kilapan) minyak. (QS. Ar-Rahman: 37).
 Karena itu, Cat’s Eye Nebula disebut pula Oily Red Rose Nebula yang berarti “nebula mawar merah yang berminyak”.
 Dunia mengenal astronom-astronom hebat periode kuno seperti Thales (Yunani, 624-547 SM), Anaximander (Yunani, 611-547 SM), Pythagoras (569-475 SM), Aristotle (Yunani, 384-322 SM), Aristarchus (Yunani, 310-230 SM), dan Hipparchus (Yunani, 190-120 SM).
Meneruskan prestasi mereka, pada era berikutnya muncul nama-nama besar lainnya seperti Claudius Ptolemy (Yunani, 85-165 M), Nicolaus Copernicus (Polandia, 1473-1543 M), Tyco Brahe (Denmark, 1546-1601 M), Galileo Galilei (Italia, 1564-1642 M), johannes Kepler (Jerman, 1571-1630 M), Giovanni Cassini (Italia, 1625-1712 M), atau Isaac Newton (Inggris, 1643-1727).
Selain mereka, ilmuan dan astronom Muslim tak ketinggalan ikut mencatatkan nama mereka dalam sejarah dan perkembangan astronomi. Peran dan sumbangan pemikiran mereka ikut mewarnai perkembangan ilmu astronomi.
Sebut saja Ahmad ibn Muhammad ibn Katsir al-Faraghani (Persia, mencapai puncak prestasinya pada 683 M), Abu Abdallah Muhammad Ibn Jabir Ibn Sinan al-Battani (Iran, sekitar 850-923/9 M), Abd al-Rahman al-Sufi (Persia, 903-986 M), Abul Wafaa Al-Bozgani (Iran, 940-998 M), Abu Ishak Al-Nakkash Al-Zirikli, Abul Yosr Bahaa' ad-Din Al-Kharki (950-1029), al-Badie' al-Astralbi (1139 M), Ibnu al-Shater (1306-1375 M), Olgh Bek, Al-Syams Rudani El-Din Al Fasi, al-Khawarzimi (Baghdad, 780-850), al Zarquli (wafat 1087), Omar al Khayyami (1048-1126), dan Shihab al Ahmed bin Majid al Najdi (c.1500).
Dalam Historical Encyclopedia of Natural and Matematical Sciences Volume 1 karya Ari Ben-Menahem (2009), disebutkan pula sejumlah nama lain. Seperti, Abu Mahsar (805-929 M), Yaqub ibn Ishaq al-Kindi (815-873 M), Al-Sabi’ Tsabit ibn Qurra al-Harrani (Irak, 836-901 M), Ibn Yunus (Mesir, 940-1009), Ibn al-Haitam (Basra dan Mesir, 965-1039), Abu Rayhan al-Biruni (Persia, 973-1048), Ibn al-Banna al-Marakushi (Maroko, 1190-1265), Qutb al-Din al-Shirazi (Persia, 1236-1311), dan Jamshid al-Kashi (Iran, 1360-1436).
Selain dikenal sebagai astronom, mereka adalah matematikawan, filosofer, penulis, kaligrafer, dokter, atau juga musisi. Beberapa diantara karya mereka bahkan pernah menjadi rujukan utama astronomi dunia.


 

 “Hai jama`ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan. (QS. Arrahman / 55 : 33).
Ayat ini menyeru jin dan manusia jika mereka sanggup menembus, melintasi penjuru langit dan bumi karena takut akan siksaan dan hukuman Allah, mereka boleh mencoba melakukannya, mereka tidak akan dapat berbuat demikian. Demikian mereka tidak mempunyai kekuatan sedikit pun dalam menghadapi kekuatan Allah Subhanahu wa Taala.
Menurut sebagian ahli tafsir, pengertian -Sultan- pada ayat ini adalah ilmu pengetahuan. Hal ini menunjukkan bahwa dengan ilmu pengetahuan / teknologi manusia dapat menembus ruang angkasa.


Kandungan Surat Ar Rahman ayat 33.
Ayat 33 dari surat Ar Rahman ini memiliki dua pengertian yang nampaknya berbeda akan tetapi dapat dipadukan, dua pengertian tersebut adalah :
1.  Pengertian  berdimensi akhirat, yaitu penegasan  kepada jin dan manusia bahwa
pada hari pembalasan nanti mereka tidak akan dapat lari dari pembalasan Allah
swt. sebab untuk lari dan keluar dari penjuru langit dan bumi memerlukan kekuatan
dan kekuasaan. Sementara itu kekuasaan Allah swt. meliputi semua penjuru langit
dan bumi, sedangkan kondisi mereka pada saat itu tidak mempunyai daya dan
kekuatan. Maka dari manakah mereka akan mendapatkan kekuasaan itu ?
2.  Pengertian berdimensi dunia, bahwa manusia dan jin ditantang oleh Allah swt.
untuk dapat menembus, melintasi dan menjelajah daerah-daerah samawi (luar
angkasa) dan bumi. Untuk diambil manfaatnya bagi  hidup  dan  kehidupan 
manusia.  Tantangan    Allah  swt.  tersebut  juga  diikuti  oleh  petunjuk  dasar
melakukannya, yaitu dengan “Sultan” yang berarti kekuatan dan kekuasaan, atau
dengan kata lain kekuatan fisik serta penguasaan ilmu dan teknologi.
Dalam kaitan ini, perlu mendapatkan perhatian khusus bahwa teks Al Qur’an tidak
hanya menyebutkan penetrasi daerah-daerah samawi, akan tetapi juga penetrasi di
bumi, dalam arti masuk dalam-dalam ke bumi.
Demikianlah  salah  satu  dari  ayat  Al  Qur’an,  permasalahannya  adalah  bukan
bagaimana umat Islam atau non muslim mengakui kebenaran Al Qur’an semata, lebih
dari  itu  adalah  bagaimana  intelektual  Islam  dapat  mengaktualisasikan  dan
mengimplementasikan Al Qur’an ke dalam maraknya kemajuan ilmu dan teknologi
masa kini.
SURAT AL MUKMINUN AYAT 12 - 14, TENTANG ASAL KEJADIAN MANUSIA 


 

12. dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari     tanah.
13. kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
14. kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.
 Kandungan Surat Al Mukminun ayat 12 - 14
Surat Al Mukminun ayat 12 - 14 ini merupakan sebagian dari ayat-ayat Al Qur’an
yang  menjelaskan  soal-soal  reproduksi  manusia,  yang  kesemuanya  dapat
dikelompokkan menjadi:
1.  Pembuahan (fecondation) yang terjadi karena kadar yang sangat sedikit dari
cairan sperma.
2.  Watak atau sifat dari zat cair (sperma) yang membuahi.
3.  Menetapnya telor yang sudah dibuahi.
4.  Perkembangan embriyo dalam rahim.
Sedangkan dalam Surat Al Mukiminun ayat 12 - 14 di atas menjelaskan :
1.  Bahwa Allah menciptakan manusia berasal dari saripati tanah, saripati tanah (zat
yang terkandung dalam makanan yang bersifat hewani maupun nabati) inilah lalu
mengalami suatu proses sehingga menjadi air mani (sperma dan ovum) atau
“NUTHFAH”, yang kemudian dipancarkan ke suatu tempat yang kokoh, yaitu
rahim.
2.  Pertemuan sperma dan ovum berproses menjadi “Alaqah”  yaitu sesuatu yang
melekat di dinding rahim, yang kadang sering disebut dengan istilah segumpal
darah.  Menurut  Dr.  Maurice  Bucaile,  seorang  ahli bedah  dari  Prancis  ;  kata
“Alaqah” lebih tepat bila diartikan dengan “sesuatu yang melekat” sebab manusia
tidak pernah melewati tahapan “gumpalan darah” wallahu a`lam.
3.  Dari  “Alaqah”  ini  kemudian  berproses  menjadi “Mudhgah”  dengan  bentuk
menyerupai segumpal daging yang dikunyah.
4.  Dari Mudhgah lalu dijadikanlah tulang belulang “Idlam” yang kemudian di bungkus
dengan daging dan otot atau “lahmun”. Dan setelahnya dalam ayat lain disebutkan
kemudian ditiupkan roh dan kemudian dijadikanlah pendengaran, pengelihatan
hati.
 

kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur(QS. As Sajdah: 9 )
5.  Kemudian Allah swt. menjadikannya dalam bentuk manusia.