Seolah memenuhi panggilan takdir, pasukan yang dikirim
khalifah Abu bakar di Syam bertempur melawan pasukan Romawi dengan sepenuh jiwa
dan raga. Tidak ada rasa getar sedikit pun, kemenangan bukan tujuan, kemuliaan
mati syahid adalah harapan bagi kaum muslimin. Maka tidak heran
Sejak Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wa Sallam meninggal
dunia pada 11 hijriah, khalifah Abu Bakar dan dilanjutkan dengan khalifah Umar
bin Khatab melanjutkan memobilisasi kaum muslimin di seluruh kawasan
semenanjung Saudi Arabia.
Perintah pertama adalah mengirim pasukan ke negeri Syam
yaitu kawasan utara jazirah Arab yang kini dikenal dengan Syuriah, Yordania,
Palestina, dan Libanon. Bukan pertimbangan politis, atau ekonomi, khalifah Abu
bakar hanya melaksanakan perintah yang sebelumnya oleh Nabi Muhammad SAW yang
ia yakini tentu ada rahasia ilahi disana.
Karena jauh-jauh hari Rasulullah telah menjajikan kepada
para sahabatnya, pada saat kaum muslimin memaklumkan jihad kearah utara atau
negeri Syam, maka ada negeri yang mendukung itu dari arah selatan, yaitu Negeri
Yaman.
Penduduk negeri Yaman di wilayah selatan jazirah Arab ini
sejarah mencatat bahwa mereka adalah nenek moyang seluruh bangsa Arab.
Para penduduknya hijrah ke arah utara, termasuk Mekah dan Madinah.
Sejarah pun juga mencatat banyak sahabat yang berasal dari
Negeri Yaman mempunyai catatan luar biasa dalam Islam, seperti: Abu Khurayra,
Abu Musa Al Asy'ari, Amar bin Yasir, Uqbah bin Amr, Jarir bin Abdillah, Adi bin
Khattab, Wail bin Hujr Al Hadrami dsb.
Karakter penduduknya yang lembut dan mudah menerima
kebenaran menjadi salah satu faktor yang membantu Islam di Yaman. Mulianya
penduduk ini sampai Rasulullah menyebut bahwa penduduk terbaik di muka bumi
ini. Penduduk ini juga mendapat doa agar menjadi negeri yang berlimpah berkah,”
dari sahabat Zaid bin Tsabit: bahwasanya Nabi mengarahkan pandangannya ke arah
negeri Yaman, kemudian beliau berkata: Ya Allah jadikanlah di hati mereka
kelapangan dalam menerima Islam. “ (HR. Tirmidzi)
Itu sebabnya saat Rasulullah SAW hijrah ke Madinah,
dikawasan ini terdapat 2 suku yaitu suku aus dan suku khazraj yang dimana
keduanya mendominasi Madinah disamping kaum Yahudi. Dan darisitulah silsilah keluarga
Rasulullah berasal.
Sebagai negeri kuno, negeri Yaman menjadi pembelajaran bagi
kaum manusia dalam sejarah, yang juga sebagai negeri yang banyak disebut dalam
Al Quran.
Salah satu kisah yang dapat kita pelajari adalah dari Raja
Abrahah. Abrahah merupakan gubernur di Abisinia, kekaisaran Ethiopiayang telah
berhasil menjadi raja Yaman. Dahulu penduduk negeri itu menganut agama nasrani.
Abrahah berkeinginan pada waktu itu bangsa Arab untuk berhaji ke San’ah ibu
kota Yaman, bukan lagi berhaji ke Mekkah pada Ka’bah, untuk mewujudkan
ambisinya, raja Abrahah membangun sebuah gereja yaitu gereja Al Qulles. Tempat
ibadah ini sangat indah dan megah, namun pada akhirnya tidak seorang pun yang
tertarik. Sehingga membuat Abrahah mempunyai niat yang tidak-tidak, untuk
segera menghancurkan Ka’bah.
Dengan membawa prajurit beserta menunggangi gajah, Abrahah
memimpin dengan siap menuju Mekah. Pada saat tiba di Mukhamah di kawasan Mekah,
Abrahah segera bertemu pemuka Mekah pada saat itu yaitu Kakek Rasulullah SAW,
Abdul Muthalib. Mendengar pasukan di dekat Mekah, Abdul Muthalib menjawab, kami
ingin perang tapi kami tidak memiliki kekuatan untuk melawan kalian. Akan
tetapi, jika Abrahah ingin menghancurkan Baitullah, maka lakukanlah sesuka
hatinya. Namun aku yakin Allah tidak akan membiarkan rumah Nya dibiarkan di
hancurkan.
Cukup lama pasukan Abrahah beristirahat di Mukhamah,
meskipun belum memasuki kota Mekah, bertindak anarkis, menyandra banyak kuda
kaum Quraisy. Termasuk harta milik Abu Muthalib, yaitu unta sebanyak 200 ekor.
Mendengar kabar begitu, Abu Muthalib segera menemui Abrahah untuk meminta
kembali 200 ekor unta yang telah di rampasnya. Dan Abrahah pun menjawab, kenapa
kamu lebih mengkhawatirkan unta-unta mu? Sementara Ka’bah yang akan kami
hancurkan kamu tidak khawatirkan? Abdul Muthalib menjawab, unta yang kalian
rampas adalah milikku, sedangkan Ka’bah adalah milik Allah, maka Allah lah yang
akan menjaganya. Unta-unta itu segera dikembalikan oleh Abrahah, dan Abdul Muthalib
pun segera menuju Mekah.
Setelah tiba di Mekah, Abdul Muthalib memberitahu kepada
seluruh warga Mekah. “ Wahai kaum ku, tinggalkan lah Mekah berlindunglah ke
berbagai bukit yang ada, sungguh aku melihat pasukan Abrahah yang besar dan
mustahil kita lawan yang akan menghancurkan Ka’bah.”
Dengan segera penduduk Mekah bersembunyi, dan Ka’bah tegak
berdiri sendiri. Abdul Muthalib berdoa didepan Ka’bah sebelum bersembunyi. “ Ya
Allah kami menyelamatkan diri kami, maka lindungilah rumah mu ini. “
Sementara itu, pasukan Abrahah pun bergegas menuju Mekah.
Ketika Abrahah meminta gajah-gajah untuk menyerang, namun tiba-tiba semua gajah
terdiam enggan untuk menyerang. Meski di cambuk oleh majikan, gajah-gajah itu
berbalik arah dan tidak menuju Ka’bah, dan gajah-gajah itu hanya berputar-putar
saja di lembah Muhassir.
Hingga kemudian datanglah segerombolan burung yang jumlahnya
tidak terkira, dan yang mengerikan adalah setiap ekor burung membawa batu yang
sangat panas. Setelah itu burung-burung itu melemparkan batu panas kepada
seluruh pasukan Abrahah, yang jika terkenanya langsung binasa. Yang Allah
abadikan kisah ini dalam surah Al Fil.
Karakter dan perilaku yang baik yang melekat di penduduk
Yaman ini, yang mendapat sebutan nama Yaman yang artinya kebaikan. Sifat
terpuji ini juga mencerminkan dari penduduk Yaman dari ribuan tahun silam, jauh
dari masa Rasulullah SAW. Saat Nabi Ibrahim AS dan nabi Ismail selesai
membangun Ka’bah, Allah SWT memerintahkan seluruh umat nya untuk melaksanakan
haji.
Dan dengan kehendak Allah manusia diseluruh penjuru bumi
memenuhi panggilan Allah, yang diseru nabi Ibrahim AS dari maqam ibrahim yang
sekarang kita kenal. Dan sejarah mencatat penduduk Yaman yang pertama yang
memenuhi seruan dari Nabi Ibrahim untuk segera berhaji.
Ketahuilah bahwa ada syariat Islam yang mengambil dari
kebiasaan baik dari penduduk Yaman, yaitu bersalaman. Hingga Rasulullah SAW
menjadikan kebiasaan baik itu menjadi syariat Islam sebagai seorang muslim.
Peristiwa Riddha atau gerakan murtad sepeninggalan
Rasulullah SAW atau pada masa khalifah Abu Bakar sempat mencoreng nama Yaman.
Bahkan khalifah Abu Bakar sempat mengirim pasukan perang yang dipimpin oleh
Khalid bin Walid untuk memerangi dan menumpas gerakan murtad sehingga
mengorbankan ribuan muslim gugur dalam perang ini.
Namun begitu salah satu suku tarim di Yaman tetap memegang
petuah Rasulullah SAW dan taat kepada khalifah Abu Bakar dan mampu mengangkat
mengharumkan nama Yaman. Itulah yang mengundang simpati khalifah Abu Bakar yang
juga mendoakannya. Kawasan itu pun menjadi benteng Islam di Yaman. Bahkan dari
tempat ini dan berkat ketulusan penduduknya Islam menyebar hingga ke ASIA
Tenggara juga termasuk di Indonesia.
Sejarah mencatat bahwa Nusantara Indonesia juga mempunyai
keterkaitan pada pembangunan negeri bersama Penduduk Yaman. Bahwa orang-orang
hadrami yang berasal dari Yaman datang terlebih dahulu di Nusantara dibanding
para penjajah Belanda dan Jepang. Setidaknya pada abad ke 13 Masehi,
diperkirakan aktifitas penyebaran Islam mulai berdatangan dari pendatang
magribi, bangsa Arab, Asia selatan dan lainnya.
Para pendatang ini berasal dari kelas menengah keatas, yang
hendak melakukan perdagangan di kawasan Asia selatan dan Indonesia. Perjalanan
orang-orang hadramaut dilakukan dengan menggunakan kapal-kapal kayu yang mirip
perahunya dengan perahu phinisi. Hingga tiba sebagian besar tinggal di
Sumatera. Adapun sebagaian rombongan yang menuju lebih jauh seperti Kalimantan,
Sulawesi dan Jawa. Yang terjadi pada 2 gelombong, yaitu gelombang pertama pada
13,14,15 Masehi. Dan gelombong ke dua yaitu dari abad ke 17 hingga ke 20. Di
Indonesia, sudah banyak para pejuang terdahulu dari bangsa Arab, alim ulama
atau juru dakwah.
Yang sudah sepantasnya kita ketahui bahwa Negeri terbesar
dengan penduduk Islam ini berasal dari Negeri Yaman, yang mempunyai akhlak
mulia, yang baik, yang memasuki negeri ini dengan berdagang. Tidak ada
peperangan, tidak ada angkat senjata, ataupun kekerasan. Yang ada hanya
berdagang, berinteraksi dan membaur kepada masyarakat pribumi dengan menunjukan
akhlak muliah,akidah yang logis, dan mengangkat sisi kemanusiaan yang sangat
tinggi. Dan itulah alasan bangsa ini adalah bangsa terbesar dengan penduduk
Muslimnya.
Oleh karena itu, jika penduduk negeri ini ingin kembali
kepada kebenaran, seperti yang telah penduduk negeri Yaman ajarkan, maka sudah
seharusnya kita kembali bersama mencontoh dan memberikan ajaran seperti
penduduk Yaman yang mempunyai akhlak yang baik, yang telah Rasulullah puji dan
doakan. Bukan dengan memberikan contoh yang tidak sesuai dengan syariat, yang
hanya mengandalkan hawa nafsu. Ketika sudah kita sadari bersama tentang ini,
marilah bersama-sama menjadikat syariat Islam bersama.