Friday, August 19, 2016

Yaman
Seolah memenuhi panggilan takdir, pasukan yang dikirim khalifah Abu bakar di Syam bertempur melawan pasukan Romawi dengan sepenuh jiwa dan raga. Tidak ada rasa getar sedikit pun, kemenangan bukan tujuan, kemuliaan mati syahid adalah harapan bagi kaum muslimin. Maka tidak heran
kemenangan demi kemenangan diraih kaum muslimin di negeri Syam yang dikuasi oleh Romawi Timur.
Sejak Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wa Sallam meninggal dunia pada 11 hijriah, khalifah Abu Bakar dan dilanjutkan dengan khalifah Umar bin Khatab melanjutkan memobilisasi kaum muslimin di seluruh kawasan semenanjung Saudi Arabia.
Perintah pertama adalah mengirim pasukan ke negeri Syam yaitu kawasan utara jazirah Arab yang kini dikenal dengan Syuriah, Yordania, Palestina, dan Libanon. Bukan pertimbangan politis, atau ekonomi, khalifah Abu bakar hanya melaksanakan perintah yang sebelumnya oleh Nabi Muhammad SAW yang ia yakini tentu ada rahasia ilahi disana.




Karena jauh-jauh hari Rasulullah telah menjajikan kepada para sahabatnya, pada saat kaum muslimin memaklumkan jihad kearah utara atau negeri Syam, maka ada negeri yang mendukung itu dari arah selatan, yaitu Negeri Yaman.
Penduduk negeri Yaman di wilayah selatan jazirah Arab ini sejarah mencatat bahwa mereka adalah nenek moyang  seluruh bangsa Arab. Para penduduknya hijrah ke arah utara, termasuk Mekah dan Madinah.
Sejarah pun juga mencatat banyak sahabat yang berasal dari Negeri Yaman mempunyai catatan luar biasa dalam Islam, seperti: Abu Khurayra, Abu Musa Al Asy'ari, Amar bin Yasir, Uqbah bin Amr, Jarir bin Abdillah, Adi bin Khattab, Wail bin Hujr Al Hadrami dsb.
Karakter penduduknya yang lembut dan mudah menerima kebenaran menjadi salah satu faktor yang membantu Islam di Yaman. Mulianya penduduk ini sampai Rasulullah menyebut bahwa penduduk terbaik di muka bumi ini. Penduduk ini juga mendapat doa agar menjadi negeri yang berlimpah berkah,”  dari sahabat Zaid bin Tsabit: bahwasanya Nabi mengarahkan pandangannya ke arah negeri Yaman, kemudian beliau berkata: Ya Allah jadikanlah di hati mereka kelapangan dalam menerima Islam. “ (HR. Tirmidzi)
Itu sebabnya saat Rasulullah SAW hijrah ke Madinah, dikawasan ini terdapat 2 suku yaitu suku aus dan suku khazraj yang dimana keduanya mendominasi Madinah disamping kaum Yahudi. Dan darisitulah silsilah keluarga Rasulullah berasal.
Sebagai negeri kuno, negeri Yaman menjadi pembelajaran bagi kaum manusia dalam sejarah, yang juga sebagai negeri yang banyak disebut dalam Al Quran.



Salah satu kisah yang dapat kita pelajari adalah dari Raja Abrahah. Abrahah merupakan gubernur di Abisinia, kekaisaran Ethiopiayang telah berhasil menjadi raja Yaman. Dahulu penduduk negeri itu menganut agama nasrani. Abrahah berkeinginan pada waktu itu bangsa Arab untuk berhaji ke San’ah ibu kota Yaman, bukan lagi berhaji ke Mekkah pada Ka’bah, untuk mewujudkan ambisinya, raja Abrahah membangun sebuah gereja yaitu gereja Al Qulles. Tempat ibadah ini sangat indah dan megah, namun pada akhirnya tidak seorang pun yang tertarik. Sehingga membuat Abrahah mempunyai niat yang tidak-tidak, untuk segera menghancurkan Ka’bah.
Dengan membawa prajurit beserta menunggangi gajah, Abrahah memimpin dengan siap menuju Mekah. Pada saat tiba di Mukhamah di kawasan Mekah, Abrahah segera bertemu pemuka Mekah pada saat itu yaitu Kakek Rasulullah SAW, Abdul Muthalib. Mendengar pasukan di dekat Mekah, Abdul Muthalib menjawab, kami ingin perang tapi kami tidak memiliki kekuatan untuk melawan kalian. Akan tetapi, jika Abrahah ingin menghancurkan Baitullah, maka lakukanlah sesuka hatinya. Namun aku yakin Allah tidak akan membiarkan rumah Nya dibiarkan di hancurkan.
Cukup lama pasukan Abrahah beristirahat di Mukhamah, meskipun belum memasuki kota Mekah, bertindak anarkis, menyandra banyak kuda kaum Quraisy. Termasuk harta milik Abu Muthalib, yaitu unta sebanyak 200 ekor. Mendengar kabar begitu, Abu Muthalib segera menemui Abrahah untuk meminta kembali 200 ekor unta yang telah di rampasnya. Dan Abrahah pun menjawab, kenapa kamu lebih mengkhawatirkan unta-unta mu? Sementara Ka’bah yang akan kami hancurkan kamu tidak khawatirkan? Abdul Muthalib menjawab, unta yang kalian rampas adalah milikku, sedangkan Ka’bah adalah milik Allah, maka Allah lah yang akan menjaganya. Unta-unta itu segera dikembalikan oleh Abrahah, dan Abdul Muthalib pun segera menuju Mekah.
Setelah tiba di Mekah, Abdul Muthalib memberitahu kepada seluruh warga Mekah. “ Wahai kaum ku, tinggalkan lah Mekah berlindunglah ke berbagai bukit yang ada, sungguh aku melihat pasukan Abrahah yang besar dan mustahil kita lawan yang akan menghancurkan Ka’bah.”
Dengan segera penduduk Mekah bersembunyi, dan Ka’bah tegak berdiri sendiri. Abdul Muthalib berdoa didepan Ka’bah sebelum bersembunyi. “ Ya Allah kami menyelamatkan diri kami, maka lindungilah rumah mu ini. “
Sementara itu, pasukan Abrahah pun bergegas menuju Mekah. Ketika Abrahah meminta gajah-gajah untuk menyerang, namun tiba-tiba semua gajah terdiam enggan untuk menyerang. Meski di cambuk oleh majikan, gajah-gajah itu berbalik arah dan tidak menuju Ka’bah, dan gajah-gajah itu hanya berputar-putar saja di lembah Muhassir.



Hingga kemudian datanglah segerombolan burung yang jumlahnya tidak terkira, dan yang mengerikan adalah setiap ekor burung membawa batu yang sangat panas. Setelah itu burung-burung itu melemparkan batu panas kepada seluruh pasukan Abrahah, yang jika terkenanya langsung binasa. Yang Allah abadikan kisah ini dalam surah Al Fil.



Karakter dan perilaku yang baik yang melekat di penduduk Yaman ini, yang mendapat sebutan nama Yaman yang artinya kebaikan. Sifat terpuji ini juga mencerminkan dari penduduk Yaman dari ribuan tahun silam, jauh dari masa Rasulullah SAW. Saat Nabi Ibrahim AS dan nabi Ismail selesai membangun Ka’bah, Allah SWT memerintahkan seluruh umat nya untuk melaksanakan haji.




Dan dengan kehendak Allah manusia diseluruh penjuru bumi memenuhi panggilan Allah, yang diseru nabi Ibrahim AS dari maqam ibrahim yang sekarang kita kenal. Dan sejarah mencatat penduduk Yaman yang pertama yang memenuhi seruan dari Nabi Ibrahim untuk segera berhaji.
Ketahuilah bahwa ada syariat Islam yang mengambil dari kebiasaan baik dari penduduk Yaman, yaitu bersalaman. Hingga Rasulullah SAW menjadikan kebiasaan baik itu menjadi syariat Islam sebagai seorang muslim.
Peristiwa Riddha atau gerakan murtad sepeninggalan Rasulullah SAW atau pada masa khalifah Abu Bakar sempat mencoreng nama Yaman. Bahkan khalifah Abu Bakar sempat mengirim pasukan perang yang dipimpin oleh Khalid bin Walid untuk memerangi dan menumpas gerakan murtad sehingga mengorbankan ribuan muslim gugur dalam perang ini.
Namun begitu salah satu suku tarim di Yaman tetap memegang petuah Rasulullah SAW dan taat kepada khalifah Abu Bakar dan mampu mengangkat mengharumkan nama Yaman. Itulah yang mengundang simpati khalifah Abu Bakar yang juga mendoakannya. Kawasan itu pun menjadi benteng Islam di Yaman. Bahkan dari tempat ini dan berkat ketulusan penduduknya Islam menyebar hingga ke ASIA Tenggara juga termasuk di Indonesia.
Sejarah mencatat bahwa Nusantara Indonesia juga mempunyai keterkaitan pada pembangunan negeri bersama Penduduk Yaman. Bahwa orang-orang hadrami yang berasal dari Yaman datang terlebih dahulu di Nusantara dibanding para penjajah Belanda dan Jepang. Setidaknya pada abad ke 13 Masehi, diperkirakan aktifitas penyebaran Islam mulai berdatangan dari pendatang magribi, bangsa Arab, Asia selatan dan lainnya.



Para pendatang ini berasal dari kelas menengah keatas, yang hendak melakukan perdagangan di kawasan Asia selatan dan Indonesia. Perjalanan orang-orang hadramaut dilakukan dengan menggunakan kapal-kapal kayu yang mirip perahunya dengan perahu phinisi. Hingga tiba sebagian besar tinggal di Sumatera. Adapun sebagaian rombongan yang menuju lebih jauh seperti Kalimantan, Sulawesi dan Jawa. Yang terjadi pada 2 gelombong, yaitu gelombang pertama pada 13,14,15 Masehi. Dan gelombong ke dua yaitu dari abad ke 17 hingga ke 20. Di Indonesia, sudah banyak para pejuang terdahulu dari bangsa Arab, alim ulama atau juru dakwah.
Yang sudah sepantasnya kita ketahui bahwa Negeri terbesar dengan penduduk Islam ini berasal dari Negeri Yaman, yang mempunyai akhlak mulia, yang baik, yang memasuki negeri ini dengan berdagang. Tidak ada peperangan, tidak ada angkat senjata, ataupun kekerasan. Yang ada hanya berdagang, berinteraksi dan membaur kepada masyarakat pribumi dengan menunjukan akhlak muliah,akidah yang logis, dan mengangkat sisi kemanusiaan yang sangat tinggi. Dan itulah alasan bangsa ini adalah bangsa terbesar dengan penduduk Muslimnya.




Oleh karena itu, jika penduduk negeri ini ingin kembali kepada kebenaran, seperti yang telah penduduk negeri Yaman ajarkan, maka sudah seharusnya kita kembali bersama mencontoh dan memberikan ajaran seperti penduduk Yaman yang mempunyai akhlak yang baik, yang telah Rasulullah puji dan doakan. Bukan dengan memberikan contoh yang tidak sesuai dengan syariat, yang hanya mengandalkan hawa nafsu. Ketika sudah kita sadari bersama tentang ini, marilah bersama-sama menjadikat syariat Islam bersama.