Tak pernah
berkecimpung di Industri otomotif, dia berhasil menyelamatkan Ford-tanpa
bantuan Pemerintah Washington-dari tubir jurang kebangkrutan.
Inilah pelajaran kepemimpinan yang bisa dipetik dari lelaki yang rendah hati itu.
Inilah pelajaran kepemimpinan yang bisa dipetik dari lelaki yang rendah hati itu.
Alan Mulally
menerima pinangan dari cicit pendiri/founder Ford, yaitu: William Clay “Bill”
Ford, Jr., membuat para eksekutif tertinggi Ford, dan insan Ford meradang
masuknya Alan Mullaly yang orang pesawat terbang “Boing.”
Alan Mullaly
mengenai mobil dikendarainya, “A Lexus,” ‘It’s the finest car in the world.’
Ini merupakan terapi kejut bagi insan Ford serta eksekutif tertinggi Ford, jadi
ini merupakan fondasi upaya membangkitkan kembali raksasa industri otomotif
yang nyaris bangkrut tersebut. Dan ini merupakan Plus-Visi Ford dikemudian
hari.
Maka, agar rencana
kerjanya diterima, Alan Mullaly bersandar pada visi besar Henry Ford. Paham
betul kebutuhan universal akan kebebasan mobilitas, sang pendiri Ford itu
mengusung Visi “Membuka jalan bebas hambatan bagi seluruh umat manusia.”
Senyum ramahnya
dari Alan Mullaly memantik optimis itu menyakinkan, “Visi (bisnis) Ford adalah
melayani seluruh pasar di dunia.” Dan Ford harus “jelas betul mana Brand
sejatinya.....”
Maka Alan
Mullaly meluncurkan inisiatif “One Ford.”
guna menjalankan strategi yang diyakini bakal membuat perusahaan “Ford Tough”
(Ford Kuat/Liat) lagi, itu diperlukkan restrukturisasi akbar yang tentu butuh
biaya besar.
Untuk itu, serta
agar seluruh insan Ford sadar dan mengakui kondisi perusahaan yang
parah,langkah awal yang diayunkan Mullaly adalah menjaminkan seluruh asset
Ford-tak terkecuali merk dagang yang terpampang di logo.
Slogan atau
Semboyan Ford; One Ford adalah budaya baru yang ingin dikembangkan dan
karenanya, harus didukung “One Team”, “One Plan”, dan “One Goal.”
Menurut Mullaly,
“Kami betul-betul berharap insan Ford mengikuti model perilaku tertentu;
memiliki komitmen pada perusahaan dan satu sama lain, bekerja buat hal yang
lebih besar ketimbang diri mereka sendiri.”
Menurut Mullaly “You
must deal with reality in every decesion and make sure you are creating a
viable, growing business going forward.”
Mullaly belajar
menjadi pemimpin yang inklusif di Boing. Adalah CEO Phil Condit yang
mendorongnya memperluas pandangan guna menjalankan seluruh perusahaan ketimbang
hanya memikirkan divisinya dan mempertemukannya dengan Marshall Goldsmith.
Untuk mengetahhui
apa yang perlu dipoles dari seorang Mullaly, Goldsmith sang executive coach
mewawancarai 25 bawahan dan sejawat Mullaly, yang kelahiran Oakland, California
yang sejak menyabet gelar M.Sc dibidang aeronautical and astronautical
enginering dari University of Kansas, pada 1969, bergabung dengan Boing.
Mullaly selalu
melibatkan lebih banyak orang dalam proses pengambilan keputusan. Business
Plan Review (BPR), yang dilakukkan kemudian merupakan perluasan upaya
peningkatan transparansi di tingkat perusahaan dan dalam skala global. Lebih
dari itu, Mullaly juga melibatkan pihak eksternal Ford yang terkait. “Semakin
banyak kita libatkan orang, makin sedikit yang harus dicemaskan.” Itulah
sebabnya, sang CEO berkomunikasi dengan seluruh pemangku kepentingan-para
pemasok, dealer, serikat pekerja... Semuanya.
“Dengan semua
berupaya meraih visi yang sama dengan strategy yang sama, terwujudlah inovasi.”
Contoh:
Dengan pendekatan
seperti ini, United Auto Workers (AUW) bersedia memangkas biaya tenaga kerja
dari US$ 76/jam menjadi US$ 55/jam. Padahal, serikat pekerja yang dikenal
paling keras memperjuangkan hak-hak itu tahu bahwa penghematan biaya tenaga
kerja sebagian akan digunakan untuk memberikan diskon guna mendongkrak pangsa
pasar produk Ford.
Walaupun
platformnya terbatas, Mullaly ingin memastikan bahwa Ford menawarkan rentang
produk yang lengkap, masing-masing yang terbaik di kelasnya dalam hal kualitas,
keramahan lingkungan, keamanan ataupun kecanggihan, dan memberikan value yang
terbaik. Salah satu caranya adalah dengan memastikan bahwa setiap kendaraan
baru yang diluncurkan mengalami peningkatan yang berarti dibanding model
sebelumnya.
Sebagai eksekutif
puncak, Mullaly juga paripurna. Walaupun sebagai penyelemat perusahaan dapat
mempertahankan kursi CEO selama mungkin, dia mempersipakan pengganti dan
mengupayakan transisi kepemimpinan yang mulus di Ford. Pada November 2012, sang
CEO mengangkat Mark Fields jadi Chief Operating Officer (COO), dan
memercayakan pengelolaan Ford sehari-hari, termasuk BPR atau forum kamisan,
kepada Mark Fields. Insan Ford menyadari, adalah pelayanan puncak pemimpin
terbaik yang pernah mereka punya. “The final act of a great CEO,” ujar
Bill yang merupakan personifikasi Ford Company, “is having a great
transition.”
Tiga Jurus
Kepemimpinan Sang Legenda Alan Roger Mullaly:
Melakukan empat
peran kunci seorang CEO;
1.
Memfasilitasi
hubungan antara perusahaan dan dunia luar.
2.
Menjadikan
diri dan tim akuntabel dalam memutuskan.
3.
Menjabarkan
dan membentuk perilaku insan perusahaan yang sesuai, dengan kita (pemimpin
puncak) sebagai role model.
4.
Memperkuat
proses yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan. Di Ford Mullaly
menggunaka sistem pengodean dengan warna untuk menandai status dari upaya
bisnis yang dilakukan.
Menciptakan budaya
di mana tim puncak tak takut mengambil posisi berseberangan dengan kita sebagai
pemimpin puncak;
1.
Hal
terpenting yang harus dilakukan seorang pemimpin puncak, menurut keyakinan
seorang Mullaly, adalah mengubah Chemistry dari tim puncak, terutama
mengubah perilaku mereka dari Consensus-seeking jadi argumentairing.
2.
Tim
yang baik harus punya rasa saling percaya yang cukup untuk menyalurkan konflik
di atara mereka. Untuk itu, Mullaly mendorong terbentuknya tujuan, transparansi
dan kolaborasi yang konsisten dalam budaya manajemen perusahaan.
Memastikan
terjadinya Transisi Kepemimpinan yang
Mulus;
Perencanaan suksesi
tak pernah mudah, terutama bila yang harus digantikan adalah seorang legenda
seperti Mullaly:
1.
Mempersiapkan
Mark Fields secara bertahap-mulai mengangkat Fields sebagai COO yang lalu
diberi tugas sehari-hari, termasuk memimpin forum Kamisan
2.
Ketika
calon pengganti diyakini sudah siap, mampu, dan mendapat respek dari insan
perusahaan, terutama tim puncak, tongkat kepemimpinan segera diserahkan,dalam
kondisi perusahaan sedang menanjak dan sistem yang terbentuk telah stabil.
Alan Roger Mullaly.
Pada waktu terburuk, ketika para pesaing menginjak rem kencang-kencang,
kami justru meningkatkan investasi.
“Terimakasih Atas Perhatiannya”,
“Semoga Bermanfaat Bagi Kita Bersama.”
Sumber : Majalah Swa, edisi 21/XXX, 9 – 19 Oktober 2014