Sebaik-baiknya
Pemimpin adalah Jika ia ikhlas dan tidak mementingkan diri sendiri. Pemimpin
yang hebat pasti tidak egois (Selfless) dan tidak mengarahkan tindak tanduknya
melulu untuk kepentingan pribadi (Self-centered). Misi terpenting seorang
pemimpin bukanlah untuk menuai pujian pribadi, memperoleh promosi pribadi,
mendapatkan kekayaan pribadi, meraih kehormatan pribadi, memuluskan kesuksesan
karier pribadi.
Misi hakiki seorang
pemimpin adalah melayani orang-orang yang dipimpinnya dan menjadikan mereka
lebih baik.
“Great leader are servants who
facilitate the succes of others”.
Fokus perhatian utama seorang pemimpin
adalah mencapai kebaikan bagi organisasi dan orang – orang yang dipimpinnya.
Mahatma Gandhi, Nelson Mandela,
Abraham Lincoln, atau Martin Luther King adalah “Selfless Leaders” tanpa pamrih
mengabdi dan melayani konsituennya.
Martin Luther King
memperjuangkan prinsip kebenaran yang ia yakinin.
“Every man must decide whether he will
walk in the light of creative altruism or in the darkness of destructive
selfishness.”
Sukses seorang pemimpin ditentukan
oleh kemampuannya dalam menarik followers dan mendapatkan kepercayaan (trust)
dari mereka.
Untuk mendapatkan kepercayaanitu si
pemimpin harus mampu membawa perubahan dan kemanfaatan bagi followers
Kehidupan yang lebih baik, kemampuan
dan ketrampilan yang meningkat, atau mungkin jiwa yang lebih bermakna. “The
greatest achievement of a leader is the triumph of those they serve”.
Pemimpin yang Ikhlas :
- Spirit of Giving
Spirit untuk memberi kepada
orang-orang yang dipimpinnya tanpa pernah memikirkan imbal balik. Setiap pemimpin
harus selalu berkorban tanpa pernah berharap mendapat imbalan dari pengorbanan
itu.
Spirit of giving mengandung keyakinan
bahwa “Giving is Receiving”. Semakin banyak si pemimpin memberi pada
followersnya , maka semakin banyak pula ia mendapat (mendapat kepercayaan,
kesetiaan, kecintaan, dedikasi, dan sebagainya) dari mereka.
“The more you give, the more you
receive.”
It’s the beauty of giving.
“Every leader should hold an abundant
mind, act abundantly, and think abundantly. He will feel rich.....and will
start to give to others”.
Pemimpin yang
Selfish dan sarat diwarnai agenda dan pamrih pribadi akan membawa dampak
destruktif bagi organisasi.
Ketika seorang pemimpin sudah punya
pamrih pribadi atau kelompok, maka kepemimpinan yang dijalankannya terkotori
oleh Ego dan kepentingan-kepentingan si pemimpin.Begitu kepemimpinan sudah
beraroma kepentingan pribadi dan
kelompok maka biasanya akan muncul kecurigaan, ketidakpercayaan, tantangan,
bahkan perlawanan. Itu semua akan memicu terjadinya politik-politik yang
kontraproduktif di dalam organisasi.
Menjadi Selfless Leader itu tidak
gampang. Dibutuhkan keikhlasan, kebesaran hati, kerelaan berkorban, sikap
berlimpahan, dan yang terpenting, kecintaan yang tulus kepada followers (“Being
Selfless is one of the hardest things you’ll ever do as a leader”).
Menurut Ratu Rania dari Yordania : “
Manusia akan lebih kuat ketika mendengar dan lebih cerdas saat berbagi.”
Menurut Dalai Lama
Pemimpin Spritual Tibet : “Kita tidak akan pernah memperoleh kedamaian sampai kita
berdamai dengan diri kita sendiri.”
Menurut Confucius (551 -479 SM) Filsuf
China: “Segala sesuatu memiliki keindahan, tapi tidak semua orang melihatnya.”