Saturday, December 26, 2015


Sebaik-baiknya Pemimpin adalah Jika ia ikhlas dan tidak mementingkan diri sendiri. Pemimpin yang hebat pasti tidak egois (Selfless) dan tidak mengarahkan tindak tanduknya melulu untuk kepentingan pribadi (Self-centered). Misi terpenting seorang pemimpin bukanlah untuk menuai pujian pribadi, memperoleh promosi pribadi, mendapatkan kekayaan pribadi, meraih kehormatan pribadi, memuluskan kesuksesan karier pribadi.
Misi hakiki seorang pemimpin adalah melayani orang-orang yang dipimpinnya dan menjadikan mereka lebih baik.
          “Great leader are servants who facilitate the succes of others”.
          Fokus perhatian utama seorang pemimpin adalah mencapai kebaikan bagi organisasi dan orang – orang yang dipimpinnya.
          Mahatma Gandhi, Nelson Mandela, Abraham Lincoln, atau Martin Luther King adalah “Selfless Leaders” tanpa pamrih mengabdi dan melayani konsituennya.
Martin Luther King memperjuangkan prinsip kebenaran yang ia yakinin.
          “Every man must decide whether he will walk in the light of creative altruism or in the darkness of destructive selfishness.”
          Sukses seorang pemimpin ditentukan oleh kemampuannya dalam menarik followers dan mendapatkan kepercayaan (trust) dari mereka.
          Untuk mendapatkan kepercayaanitu si pemimpin harus mampu membawa perubahan dan kemanfaatan bagi followers
          Kehidupan yang lebih baik, kemampuan dan ketrampilan yang meningkat, atau mungkin jiwa yang lebih bermakna. “The greatest achievement of a leader is the triumph of those they serve”.
          Pemimpin yang Ikhlas :
          - Spirit of Giving
          Spirit untuk memberi kepada orang-orang yang dipimpinnya tanpa pernah memikirkan imbal balik. Setiap pemimpin harus selalu berkorban tanpa pernah berharap mendapat imbalan dari pengorbanan itu.
          Spirit of giving mengandung keyakinan bahwa “Giving is Receiving”. Semakin banyak si pemimpin memberi pada followersnya , maka semakin banyak pula ia mendapat (mendapat kepercayaan, kesetiaan, kecintaan, dedikasi, dan sebagainya) dari mereka.
          “The more you give, the more you receive.”
          It’s the beauty of giving.
          “Every leader should hold an abundant mind, act abundantly, and think abundantly. He will feel rich.....and will start to give to others”.
Pemimpin yang Selfish dan sarat diwarnai agenda dan pamrih pribadi akan membawa dampak destruktif bagi organisasi.
          Ketika seorang pemimpin sudah punya pamrih pribadi atau kelompok, maka kepemimpinan yang dijalankannya terkotori oleh Ego dan kepentingan-kepentingan si pemimpin.Begitu kepemimpinan sudah beraroma kepentingan  pribadi dan kelompok maka biasanya akan muncul kecurigaan, ketidakpercayaan, tantangan, bahkan perlawanan. Itu semua akan memicu terjadinya politik-politik yang kontraproduktif di dalam organisasi.
          Menjadi Selfless Leader itu tidak gampang. Dibutuhkan keikhlasan, kebesaran hati, kerelaan berkorban, sikap berlimpahan, dan yang terpenting, kecintaan yang tulus kepada followers (“Being Selfless is one of the hardest things you’ll ever do as a leader”).
          Menurut Ratu Rania dari Yordania : “ Manusia akan lebih kuat ketika mendengar dan lebih cerdas saat berbagi.”
Menurut Dalai Lama Pemimpin Spritual Tibet : “Kita tidak akan pernah memperoleh kedamaian sampai kita berdamai dengan diri kita sendiri.”
          Menurut Confucius (551 -479 SM) Filsuf China: “Segala sesuatu memiliki keindahan, tapi tidak semua orang melihatnya.”